Bangka Belitung Jurnalsiber.com – Gelombang kekhawatiran melanda masyarakat Toboali, Bangka Belitung, seiring dengan pengungkapan kasus korupsi oleh Kejaksaan Agung RI terhadap cukong dan pemain pasir timah di BUMN PT Timah Tbk. Dampaknya tidak hanya terasa di koridor hukum, namun juga merambat ke perekonomian lokal, khususnya pada para penambang kecil yang kini mengalami kesulitan ekonomi yang mendalam, Senin (8/1/2024).
Sejak penangkapan dan proses penyelidikan yang dilakukan Kejagung, harga pasir timah mengalami penurunan drastis, memaksa banyak bos (cukong) dan pemain tambang timah untuk menghentikan sementara kegiatan mereka. Konsekuensinya, para penambang kecil, yang bergantung pada hasil melimbang dan usaha tambang menggunakan mesin robin kecil (Nungau), merasa khawatir akan nasib ekonomi mereka yang semakin sulit.
“Kalau seperti ini terus, positif tidak makan. Harga bahan pokok melambung tinggi, bagaimana nasib kami yang hanya bergantung hidup dari melimbang dan Nungau,” ungkap Hamid, seorang penambang kecil asal Toboali, dikutif dari InfoBangka.Id, Minggu (7/1/2024).
Hamid menjelaskan bahwa setiap hari ia hanya menghasilkan 2 kilogram pasir timah dengan waktu mengais pasir dari pagi hingga petang. Namun, hasil penjualan pasir timah tersebut tidak menjanjikan, dengan harga hanya 40 ribu rupiah per kilogram.
Situasi ini memaksa masyarakat kecil, seperti Hamid, untuk memilih profesi sebagai penambang sebagai langkah terakhir bertahan hidup, karena pilihan kerja di bidang lain tidak dapat diterima atau tidak memberikan peluang.
Kondisi ini menjadi dilema bagi rakyat kecil yang merasa terpinggirkan dan sulit beralih ke sektor lain yang dapat memberikan penghidupan yang layak.
Selain itu, Hamid mengingatkan bahwa jika kondisi ini terus berlanjut tanpa adanya intervensi pemerintah dan pihak terkait dalam menyelamatkan perekonomian, maka angka kriminalitas di Bangka Selatan kemungkinan besar akan meningkat.
Masyarakat akan merasa terdesak oleh kebutuhan hidup yang semakin sulit, dan ini dapat mendorong tindakan yang tidak diinginkan demi memenuhi kebutuhan keluarga mereka.
Dengan demikian, di tengah gejolak akibat skandal korupsi, tantangan nyata kini adalah bagaimana pemerintah dan lembaga terkait dapat memberikan dukungan dan solusi konkret untuk menanggulangi dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat Toboali, sehingga mereka tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga memiliki harapan untuk masa depan yang lebih baik. (Sumber : InfoBangka, Editor : Dwi Frasetio KBO Babel)