PANGKALPINANG Jurnalsiber.com – Antusiasme peresmian Masjid Agung Kubah Timah yang dijadwalkan berlangsung pada Jumat (10/11/2023) di Kota Pangkalpinang telah menjadi sorotan, namun juga telah memicu kekecewaan dalam keluarga almarhum DR (HC) Ibnu Hajar EMHA. Masjid megah ini akan menjadi salah satu pusat ibadah yang penting di kota ini, tetapi pihak keluarga merasa terpinggirkan dalam proses perancangan hingga peresmian masjid tersebut.
Ide awal pembangunan Masjid Kubah Timah berasal dari almarhum DR (HC) Ibnu Hajar EMHA, ayah dari salah satu putra, Ikmal. Ide ini telah diajukan sejak dua dekade lalu dan merupakan gagasan ayahnya. Ayah almarhum Ibnu Hajar, dalam pertemuan dengan Wali Kota Pangkalpinang, Maulan Aklil, beberapa tahun sebelum wafat, kembali menyampaikan gagasan tersebut.
Menurut Ikmal, pertemuan tersebut terdokumentasi dan menjadi bukti bahwa ayah mereka telah berkontribusi dalam merintis ide pembangunan Masjid Kubah Timah. Pertemuan bersejarah ini berlangsung saat Wali Kota mengunjungi kediaman almarhum di Kampak. Namun, keluarga merasa tidak diakui dan bahkan tidak diundang dalam prosesi peresmian masjid tersebut.
“Jujur kami sebagai anak almarhum (Ibnu Hajar) sangat kecewa. Karena tak dilibatkan sama sekali, khususnya saat peresmian Masjid Kubah Timah,” ujar salah seorang putra almarhum Ibnu Hajar, Ikmal, Kamis (9/11/2023) malam.
Menurut Ikmal kekecewaan keluarganya tersebut dilatarbelakangi karena ide awal perlunya dibangun masjid berkubah timah di Kota Pangkalpinang merupakan ide dan gagasan ayahnya. “Ayah dulu menyebutnya dengan Surau Kubah Timah. Ide itu sudah ayah sampaikan sejak 20 tahun yang lalu,” aku Ikmal.
Ikmal dan keluarganya tidak memiliki tuntutan material, mereka hanya ingin agar Pemkot Pangkalpinang mengakui peran ayah mereka dalam memulai gagasan pembangunan Masjid Kubah Timah. Mereka berharap agar pihak berwenang tidak melupakan sejarah dan tidak mengesampingkan kontribusi yang telah diberikan oleh almarhum Ibnu Hajar.
“Kami tak mengharap penghargaan. Tapi hanya butuh pengakuan jika almarhum ayah merupakan salah seorang pencetus perlunya dibangun Masjid Kubah Timah di Kota Pangkalpinang. Namun sayangnya, boro-boro diakui sebagai pencetus, peresmian masjid itu pun kami tak diundang,” sesal Ikmal.
Kontroversi ini mengingatkan kita tentang pentingnya menghormati dan mengakui peran kontributor dalam sebuah proyek besar. Sembari mengapresiasi upaya Pemkot Pangkalpinang dalam pembangunan masjid yang membanggakan, penting juga untuk menghormati sejarah dan mengenang idealis kreatif yang mungkin telah memicu inspirasi.
Semoga masjid ini tetap menjadi tempat ibadah yang damai dan mewakili kesatuan masyarakat, sambil tidak melupakan sejarah serta kontribusi para pemikir awal, seperti almarhum DR (HC) Ibnu Hajar EMHA. (Penulis : Dwi Frasetio KBO Babel, Editor: Ichsan Mokoginta Dasin)