BANGKA SELATAN jurnalsiber.com – Puluhan emak-emak yang merupakan istri penambang timah, berkumpul di depan Kantor Bupati Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pada Kamis (12/10/2023) siang, untuk mengungkapkan ketidakpuasan mereka terhadap harga timah yang mereka yakini jauh di bawah standar yang wajar. Aksi demonstrasi ini adalah sebuah respons terhadap situasi yang membuat penambang merasa dirugikan. Kamis, (12/10/2023).
Kendati tiba dengan keterlambatan, semangat para emak-emak tidak pernah pudar, dan mereka berdiri teguh dalam menyuarakan tuntutan mereka. Mereka menuntut adanya kenaikan harga timah yang dibeli oleh mitra dan perusahaan pembeli. Harga timah yang saat ini dibeli oleh para penambang dinilai sangat murah, bahkan jauh di bawah biaya operasional dan kebutuhan sehari-hari mereka.
Perwakilan dari para demonstran, Nadia (39), menjelaskan bahwa emak-emak yang menggelar aksi ini berasal dari kelompok istri penambang timah di daerah Sukadamai dan Payak Ubi. Mereka merasa bahwa perusahaan dan mitra pembeli timah telah menentukan harga yang tidak adil, bahkan jauh dari harga pasar yang wajar. Lebih parahnya, jika penambang tidak menyetorkan timah mereka, barang tersebut dianggap sebagai jarahan dan diambil oleh pihak tertentu.
“Setahu kami, harga timah seharusnya Rp180 ribu, tetapi sekarang mereka membelinya hanya dengan harga Rp75 ribu per kilogram. Jika penambang hanya mendapatkan 10 kilogram timah dan tidak menyetorkannya, maka timah mereka dijarah dan diambil,” keluh Nadia.
Keadaan semakin memburuk dalam beberapa bulan terakhir, dan baru-baru ini sejumlah penambang bahkan menjadi korban kekerasan verbal. Mereka merasa bahwa perusahaan dan mitra pembeli timah telah berlaku sewenang-wenang dalam menentukan harga yang merugikan para penambang. Kondisi terbaru menunjukkan bahwa beberapa timah yang dimiliki penambang telah diambil tanpa izin.
Nadia menegaskan bahwa tuntutan mereka adalah agar mitra dan perusahaan pembeli timah bersedia menaikkan harga timah. Mereka meminta agar harga timah minimal mencapai Rp160 ribu per kilogram, sehingga bisa menutupi biaya operasional dan memberikan upah yang layak kepada para penambang.
Para penambang merasa bahwa mereka tidak boleh diabaikan dan diinjak-injak oleh mitra dan perusahaan pembeli timah. “Kami meminta harga Rp160 ribu, karena setiap ponton biasanya dikerjakan oleh setidaknya lima orang. Jangan biarkan rakyat tertindas,” tegas Nadia.
Mendengar tuntutan para emak-emak ini, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kabupaten Bangka Selatan, Sumindar, memberikan respons positif. Meskipun pihaknya tidak memiliki kewenangan untuk menentukan harga timah, Sumindar menegaskan bahwa pemerintah daerah akan menindaklanjuti tuntutan para penambang sesuai tugas pokok dan fungsi Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan.
“Kita akan menyampaikan poin-poin tuntutan yang disampaikan oleh masyarakat penambang kepada pimpinan kita, terutama kepada Bupati Bangka Selatan. Tuntutan yang paling mendesak adalah harga beli timah yang sesuai,” kata Sumindar.
Ia juga menambahkan bahwa Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan akan terus berupaya meningkatkan taraf perekonomian masyarakat di berbagai sektor, termasuk sektor penambangan, usaha mikro, kecil, menengah, dan sektor penunjang lainnya. Meskipun menghadapi tantangan ekonomi dalam beberapa waktu terakhir, pemerintah daerah akan terus berupaya untuk mengatasi permasalahan ini dan memberikan kondisi ekonomi yang lebih baik kepada warganya.
Aksi demonstrasi yang dilakukan oleh para emak-emak di Bangka Selatan adalah sebuah bentuk perlawanan mereka terhadap kondisi yang dinilai tidak adil dan merugikan para penambang. Dalam semangat perjuangan mereka, para emak-em ak berharap agar tuntutan mereka untuk harga timah yang lebih adil dan berkelanjutan akan didengar dan diberikan perhatian serius oleh pihak berwenang. Aksi ini juga mencerminkan keberanian dan keputusasaan para penambang timah dalam menghadapi tantangan ekonomi yang mereka hadapi.
Sebagai respons atas aksi demonstrasi yang berlangsung di Kantor Bupati Bangka Selatan, Sumindar mengakui bahwa pihaknya tidak menerima pemberitahuan sebelumnya dari para demonstran. Ia menjelaskan bahwa masyarakat seharusnya memberikan pemberitahuan jika ingin melakukan audensi dengan Bupati Bangka Selatan, sehingga tindakan seperti demonstrasi tidak harus dilakukan. Terlebih lagi, dengan mendekati pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, masyarakat diharapkan menjaga keamanan dan ketertiban.
Dalam aksi demonstrasi ini, puluhan emak-emak juga membawa serta anak-anak mereka sebagai bentuk dukungan dan solidaritas terhadap tuntutan para penambang. Mereka berdiri di bawah terik matahari, menyuarakan tuntutan mereka secara lantang, dan menegaskan pentingnya kenaikan harga timah untuk menjamin kehidupan yang lebih layak bagi penambang timah dan keluarga mereka.
Sementara itu, pemerintah daerah Bangka Selatan berkomitmen untuk terus meningkatkan perekonomian masyarakat setempat, termasuk para penambang timah. Upaya ini dilakukan dalam berbagai sektor, termasuk sektor penambangan, usaha mikro, kecil, menengah, dan sektor-sektor pendukung lainnya. Meskipun menghadapi tantangan ekonomi dalam beberapa waktu terakhir, pemerintah daerah akan terus berupaya mengatasi permasalahan ini dan memberikan kondisi ekonomi yang lebih baik kepada warganya.
Dalam upaya merespons tuntutan para penambang dan para emak-emak, Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan berkomitmen untuk mengambil langkah-langkah yang sesuai dengan kewenangannya, dan menjadikan perjuangan para penambang sebagai perhatian utama. Dengan semangat perlawanan dan keinginan untuk mencapai keadilan, para penambang dan emak-emak Bangka Selatan berharap bahwa tuntutan mereka untuk kenaikan harga timah akan segera diakomodasi dan memberikan hasil yang positif bagi perekonomian mereka.
Aksi demonstrasi para emak-emak di Bangka Selatan adalah sebuah contoh nyata dari perjuangan masyarakat dalam menghadapi ketidakadilan ekonomi. Dalam semangat solidaritas dan tuntutan yang adil, mereka berharap agar permasalahan harga timah dapat diselesaikan dengan baik demi kesejahteraan para penambang dan keluarga mereka. (Sumber : Bangka Pos, Editor : Dwi Frasetio KBO Babel)