PANGKALPINANG, Jurnalsiber.com – Sebuah gejolak mencuat di kawasan industri Sadai, Bangka Selatan, dengan PT Ration Bangka Abadi (RBA) menjadi pusat perhatian. Kabar pergantian jajaran petinggi di perusahaan ini telah menambah kompleksitas situasi, terutama dengan dugaan tanda tangan palsu yang menjadi sorotan.
Informasi yang dihimpun oleh tim Kantor Berita Online Bangka Belitung (KBO Babel) menunjukkan bahwa perombakan jajaran petinggi PT RBA dilakukan pada 22 November 2023. Perubahan ini dicatat dalam akta notaris terbaru yang ditandatangani oleh Muhamad Ukasyah MKn di Kota Pangkalpinang.
Dalam perubahan tersebut, beberapa nama mencuat ke permukaan, termasuk Vindiarto Purbalinarko, R Doddy Widodo Suasmoro, dan Drs Anang Syarif Hidayatulah. Menariknya, ketiga tokoh ini merupakan mantan Kapolda Kepulauan Bangka Belitung.
Selain itu, Cristin Muljono, Zainul Miftah S.Sos, dan Sugiarto Tjipupta turut tercantum dalam akte perubahan. Namun, apa yang terjadi setelahnya menimbulkan kehebohan.
Dugaan Tanda Tangan Palsu
Dalam konfirmasi dengan Zainul Miftah S.Sos, yang kini menjabat sebagai komisaris di PT RBA, terungkap bahwa ia tidak mengetahui adanya perubahan akta notaris terkait susunan petinggi perusahaan. Bahkan, Zainul dengan tegas membantah telah menandatangani perubahan struktur jajaran komisaris dan direktur.
“Saya sampai detik ini sama sekali saya belum pernah ada tanda tangan terkait perubahan terbaru di akte perusahaan dibuat oleh notaris tersebut (Muhammad Ukasyah),” ungkap Zainul, yang jelas terkejut dengan situasi yang berkembang.
Zainul, yang juga merupakan calon legislatif dari partai Golkar, menyampaikan kekhawatiran bahwa keterlibatannya dalam daftar komisaris PT RBA yang diduga mengalami masalah dapat merugikan reputasinya, terlebih lagi menjelang tahun politik.
“Ini tahun politik, saya khawatirkan nanti ada pihak-pihak yang ingin memanfaatkan situasi yang sedang terjadi saat ini. Apalagi saat ini kan saya caleg,” ungkap Zainul dengan nada prihatin.
Jika tanda tangannya terbukti dipalsukan, Zainul menyatakan niatnya untuk mengambil langkah hukum melalui penasihat hukumnya. Situasi semakin rumit dengan fakta bahwa salah satu mantan Kapolda Babel, Anang Syarif Hidayatullah, menolak untuk memberikan konfirmasi terkait statusnya sebagai komisaris PT RBA.
Reaksi Mantan Pejabat
Irjen Pol (Purn) Istiono MH, mantan Kapolda Babel yang juga terdaftar sebagai komisaris PT RBA, tercatat sebagai komisaris di perusahaan BUMN, yakni PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. Meski tim KBO Babel berupaya menghubunginya, sayangnya, upaya tersebut tidak membuahkan hasil karena nomor ponsel yang diduga telah diblokir.
Anang Syarif Hidayatullah, yang kini bukan lagi pejabat, menolak untuk memberikan konfirmasi dan bahkan mengakhiri percakapan dengan wartawan dengan nada agak tinggi. Hal ini semakin menambah misteri di balik pergantian jajaran petinggi PT RBA.
Pelibatan Mantan Kapolda
Keputusan PT RBA untuk melibatkan mantan Kapolda Babel dalam jajaran petinggi perusahaan mengundang pertanyaan. Menjadi pertanyaan besar apakah kehadiran mereka berkaitan dengan masalah internal perusahaan ataukah bagian dari strategi manajemen.
Sementara itu, mantan Kapolda Anton Wahono Sudarminto, yang awalnya tercatat sebagai Komisaris Utama (Komut) PT RBA, mengaku tidak aktif lagi dan tidak tercantum dalam akta perubahan terbaru. Hal ini menimbulkan spekulasi tentang hubungan mantan pejabat polisi dengan perusahaan tersebut.
Tantangan di Masa Depan
Pergantian jajaran petinggi PT RBA dengan melibatkan mantan Kapolda Babel dan dugaan tanda tangan palsu menciptakan tantangan yang kompleks. Diperlukan klarifikasi dari pihak manajemen PT RBA, terutama terkait integritas proses perubahan yang dilakukan.
Situasi ini tidak hanya mengancam reputasi perusahaan, tetapi juga melibatkan nama-nama yang sudah dikenal dalam lingkaran kepolisian. Konsekuensi hukum dari dugaan tanda tangan palsu dan konflik internal di PT RBA dapat menjadi sorotan lebih lanjut.
Sejauh ini, kisruh di PT RBA menjadi perbincangan di tingkat lokal, dan masyarakat serta pihak berkepentingan menantikan pengungkapan lebih lanjut terkait permasalahan ini. Dalam situasi ini, keberlanjutan operasional dan reputasi PT RBA menjadi taruhan besar yang membutuhkan penyelesaian yang transparan dan akuntabel. (Sumber : KBO Babel, Editor : Dwi Frasetio KBO Babel)