BANGKA JS – Kepala Lingkungan Jalan Laut, Dony, memprotes keberadaan Kapal Isap Produksi (KIP) mitra PT Timah Tbk yang beroperasi dekat dengan bibir pantai di depan Puri Ansell dan Delocomotief Tongachi Beach, Lingkungan Jalan Laut, Kelurahan Matras, Kecamatan Sungailiat.
Ditemui jejaring media KBO Babel, Rabu (26/4) siang, Dony mengatakan pihaknya meminta pihak KIP agar segera mundur dari depan bibir pantai setempat.
Dony menjelaskan pengakuan dari pihak Puri Ansell menceritakan ada keluhan wisatawan yang enggan mandi di pantai dikarenakan air laut sekitar menjadi keruh akibat dampak penambangan KIP tersebut.
“Tadi ada pengakuan dari security Puri Ansell, dia bilang wisatawan mau mandi tapi air lautnya sangat keruh, pak,” ujar Dony.
Dirinya meminta kepada PT Timah Tbk supaya menggeser KIP mitranya keluar dari area pantai di Lingkungan Jalan Laut, karena takut merusak ekosistem laut sekitar, dan mengganggu pariwisata setempat.
“Kami minta KIP-KIP ini segera hengkang dari Jalan Laut, terutama di depan Puri Ansell saya lihat tadi ada 3 KIP, minta tolong segera keluar lah, soalnya Puri Ansell itu tempat wisata yang ada di Jalan Laut,” ujar Dony yang menegaskan jika warga Lingkungan Jalan Laut selama ini sangat menjaga ekosistem pantai dan objek wisata di area tersebut.
Sementara itu, dalam pemberitaan sebelumnya diberitakan ada tiga unit Kapal Isap Produksi (KIP) bijih timah yang disinyalir milik mitra PT Timah Tbk terpantau beroperasi dekat dengan bibir pantai yang berlokasi di depan Bukit Kuala, Lingkungan Jalan Laut, Kelurahan Matras, Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka.
Berdasarkan pantauan di lapangan, tiga unit KIP yang beroperasi di Wilayah Izin Usaha Produksi (W-IUP) milik PT Timah Tbk, Daerah Usaha (DU) 1548 tersebut, bekerja hampir dekat dengan bibir pantai setempat.
Akibat dari operasi penambangan bijih timah yang dekat dengan bibir pantai itu, air laut di sekitaran pantai terlihat mulai mengeruh.
“Iya, pak. KIP-KIP itu awalnya saya lihat kerjanya di dekat Muara Tengkorak, tapi belakangan ini terlihat udah mulai bergeser ke pinggir ke arah [tempat] Karaoke Selera Anda, dan pantai di sekitarnya,” ujar seorang narasumber kepada jejaring media ini, Rabu (26/4) siang.
Kepada jejaring media KBO Babel, narasumber berharap pihak PT Timah Tbk dapat segera mengevaluasi dan mengatasi polemik ini, mengingat terdapat tempat wisata masyarakat yang berada di area sekitar pantai di Lingkungan Jalan Laut tersebut.
“Di sini ini kan ada tempat-tempat wisata yang sudah eksis terlebih dahulu, pak. Kalau KIP dibiarkan bebas operasi di seputaran pantai di Jalan Laut dan Bukit Kuala ini, takutnya bakal berdampak mengganggu aktivasi pariwisata setempat. Apalagi imbas dari KIP itu air laut di sekitarnya udah terlihat keruh, dan pastinya terumbu karang di laut itu juga takutnya hancur, pak,” ungkapnya menyesalkan keberadaan KIP yang beroperasi di wilayah tersebut.
Keresahan keberadaan KIP di wilayah tersebut juga turut diungkapkan oleh pelaku pariwisata setempat, yakni Edo Firdaus selaku manajer Delocomotief Tongachi Beach.
“He he lagu lama, pak. Kami sebagai pelaku pariwisata cuma bisa mengimbau agar KIP beroperasinya tidak dekat pantai. Kalau tidak salah harus 1 mil dari bibir pantai,” ujar Edo dalam kesempatan yang sama.
Dirinya mengatakan sektor pertambangan dan pariwisata seyogyanya dapat bersinergi secara harmonis, dan tidak saling merugikan satu pihak lainnya, dikarenakan sama-sama memberikan kontribusi untuk negara.
Namun, terkait keberadaan KIP tersebut, dia hanya berharap pihak yang berwenang dapat mengevaluasi kembali supaya pelaku tambang dan pariwisata dapat saling menghargai usaha masing-masing pihak.
“KIP dan kepariwisataan harus bersinergi, karena sama-sama cari sumber keuangan dan pendapatan negara. Kami hanya sebatas bisa mengimbau, pak, karena banyak kepentingan di sana,” paparnya.
Saat berita ini dipublishkan, redaksi jejaring media ini berupaya mengonfirmasi hal ini kepada Kepala UPLB PT Timah Tbk, Tonggo, melalui pesan WhatsApp, namun tidak mendapat jawaban sama sekali. (Dwi/ KBO Babel)