Oleh : Wahyudi (Reporter KBO Babel)
JURNALSIBER.COM – Opini yang disajikan dalam sebuah artikel di media online Babel tersebut menyoroti beberapa fenomena yang kerap muncul menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Bangka Belitung, khususnya terkait menanggapi ajakan untuk menciptakan Pilkada damai. Sekilas, narasi ini tampak sebagai upaya untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya menjaga ketenangan dan kedamaian selama proses demokrasi berlangsung. Namun, jika ditelaah lebih dalam, ada nada sindiran yang kuat, mengarah pada kontra opini yang jelas menolak atau tidak menyukai calon tertentu yang mencalonkan diri dalam Pilgub Babel 2024.
Artikel ini menyebutkan bahwa Bangka Belitung adalah daerah yang paling kondusif dalam urusan Pilkada sejak era reformasi 1998.
Namun, penulis sepertinya dengan halus menyiratkan bahwa ajakan untuk menjaga Pilkada damai oleh beberapa calon hanyalah sebuah pencitraan belaka—upaya untuk menutupi kekurangan dan kegagalan mereka selama ini.
Di sini, terlihat jelas bagaimana penulis menggunakan ajakan damai sebagai senjata untuk menyerang balik, menciptakan narasi yang kontra terhadap calon pilgub tertentu.
Ketika penulis berbicara tentang calon yang sibuk dengan pembelaan terhadap tuduhan atau kampanye negatif, ia secara tersirat menggambarkan calon tersebut sebagai sosok yang tidak layak untuk dipilih.
Penulis menyebut bahwa mereka yang sibuk mengkampanyekan “anti-hoax” justru adalah pihak yang menciptakan atau mempercayai kebohongan. Ini adalah taktik retorika yang umum digunakan dalam kontra opini, di mana penulis berusaha membalikkan narasi calon tersebut dan membuat mereka tampak tidak jujur atau tidak kompeten.
Yang menarik, penulis menambahkan bahwa seorang calon yang benar-benar bijak tidak perlu sibuk menepis kampanye negatif atau tuduhan yang diarahkan kepadanya.
Ini adalah sindiran tajam yang sebenarnya ditujukan kepada calon yang memiliki rekam jejak yang seolah bermasalah. Dengan kata lain, penulis mengimplikasikan bahwa jika seorang calon adalah individu yang baik, maka dia tidak akan terlibat dalam kontroversi atau perlu menghabiskan banyak waktu untuk membela diri.
Namun, alih-alih sekadar memperingatkan atau menyampaikan kritik, artikel ini lebih jauh membangun kontra opini yang sangat terfokus untuk menyoroti kelemahan seorang calon tertentu.
Penulis menciptakan narasi di mana calon yang maju dalam Pilgub Babel 2024 ini dianggap sebagai sosok yang ambigu, berbohong, dan tidak memiliki integritas.
Melalui contoh-contoh seperti calon yang mengaku telah mendapatkan rekomendasi dari partai tetapi ternyata tidak, penulis berusaha membentuk persepsi publik bahwa calon tersebut tidak dapat dipercaya. Ini adalah strategi yang cukup efektif dalam membangun kontra opini, di mana ketidakpercayaan terhadap calon tersebut perlahan-lahan ditanamkan ke benak pembaca.
Penulis juga menggambarkan situasi di mana ajakan untuk menjaga kondusifitas Pilkada dianggap sebagai retorika basi yang digunakan oleh calon yang berusaha menutupi kegagalannya.
Kritik ini tidak hanya menyoroti ketidakjujuran, tetapi juga menunjukkan bagaimana calon tersebut dianggap mencoba mengalihkan perhatian dari isu-isu penting, seperti keterlibatan dalam masalah hukum atau korupsi. Penulis, dengan menggunakan istilah “Basi…!!!”, dengan sengaja membuat pembaca merasa bahwa semua ajakan dan janji politik yang disampaikan oleh calon ini tidak lebih dari sekadar kata-kata kosong.
Namun, di balik sindiran dan kritik ini, yang perlu kita sadari adalah bagaimana artikel tersebut sebenarnya mencerminkan sikap kontra terhadap calon tertentu. Ini adalah bentuk kontra opini yang seringkali muncul menjelang Pilkada, di mana para penulis atau pengamat politik mulai membangun narasi untuk menentang atau mendiskreditkan calon-calon tertentu yang dianggap tidak layak.
Dalam hal ini, artikel tersebut secara jelas menunjukkan ketidakpuasan dan ketidakpercayaan terhadap calon yang dimaksud, mencoba meyakinkan pembaca bahwa calon ini tidak layak untuk memimpin Bangka Belitung.
Dalam analisis ini, penting untuk melihat bahwa meskipun artikel tersebut tampaknya memberikan peringatan atau saran yang positif, sesungguhnya itu adalah upaya yang sangat terstruktur untuk melemahkan citra seorang calon.
Kontra opini seperti ini adalah bagian dari dinamika politik yang sering kita temui, di mana para pengamat atau penulis mencoba membentuk opini publik melalui kritik yang tajam dan sindiran yang halus.
Pada akhirnya, meskipun penulis artikel tersebut mencoba untuk terlihat objektif, nada dan gaya penulisannya mengungkapkan bias yang kuat.
Kontra opini ini menjadi alat yang ampuh dalam membentuk persepsi negatif terhadap calon tertentu, dan sebagai pembaca yang kritis, kita harus mampu mengenali dan memahami motivasi di balik tulisan semacam ini.
Lebih penting lagi, kita harus tetap fokus pada substansi yang lebih besar—yakni memilih pemimpin yang benar-benar kompeten dan memiliki integritas, tanpa terpengaruh oleh narasi negatif yang sering kali disampaikan melalui opini-opini seperti ini. (KBO Babel)
Penulis : W a h y u d i, Reporter Jejaring Media KBO Babel, Artikel/Opini dibuat berdasarkan pemberitaan dari media online Babel tanggal 9 Agustus 2024.
Saran & Masukan terkait dengan tulisan opini silahkan disampaikan ke nomor redaksi 0812-7814-265 atau 0821-1227-4004